• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Jumat, 16 Mei 2014

Specifikasi Mobil Lamborghini Reventon



supersportscar Lamborghini Reventon Roadsters terinspirasi dari bentuk pesawat tempur F15 milik NATO. Hal tersebut dapat dilihat dari rongga udara lebar di bagian depan dan belakang. supersportscar Lamborghini juga dilengkapi pintu model gunting, dan side skirt yang lebar. Sedan dengan eksterior yang terinspirasi dari pesawat tempur ini hanya diproduksi 20 unit di pabrik Sant'Agata Bolognese di Bologna, Italia.

Warna abu-abu yang menjadi pilihan sehingga dinamai Reventon Grey membuat kesan mobil Lamborghini Reventon sedikit sangar, Wajar saja jika kehadirannya ekstra eksklusif, baik dari segi tenaga, maupun figur performanya.
Specifikasi Manufacturer Lamborghini
Production : 2008, 21 produced (1 Untuk museum)
Assembly : Sant'Agata Bolognese, Italy
Body style : 2-door coupé
Layout : Mid-engine, four-wheel drive
Engine : 6.5 L (400 cu in) V12
Transmission: 6-speed e-gear, 6-speed manual transmission
Wheelbase: 2,665 mm (104.9 in)
Length : 4,700 mm (190 in)
Width : 2,058 mm (81.0 in)
Height : 1,135 mm (44.7 in)
Curb weight: 1,665 kg (3,670 lb)
Related: Murciélago LP640

Setelah melihat Specifikasi Mobil Lamborghini Reventon yang diproduksi terbatas sebanyak 20 unit di seluruh dunia dengan harga aslinya mencapai Rp 11 Miliar yang kemungkin sudah terjual habis sehingga anda yang punya uang lebih tidak dapat membelinya. Tapi jangan kwartir untuk mengobati rasa penasaran anda akan mobil Lamborghini Reventon yang mungkin sudah habis dan terpaksa tidak mendapatkan jatah untuk memilikinya tidak ada salahnya melirik Replikanya Lamborghini Reventon.

Replikanya Lamborghini Reventon di Spanyol dijual dengan harga Rp 411 jutaan siap dibawa pulang. Sekilas dilihat tidak akan ada bedanya baik dari segi tampilannya dibuat sama persis dengan Lamborghini Reventon, tapi Lamborghini Reventon replika memiliki mesin dengan kapasitas 2.0 liter 4 silinder, yang tenaganya bisa mencapai 272 Hp jika dibandingkan dengan tenaga Lamborghini aslinya memang sangat jauh. bagi anda yang berminat silahkan saja menyambangi situs Autoscout, dan cari tau tentang detail spesifikasinya pada sang penjualnya langsung tentang mobil Lamborghini Reventon replika 411 jutaan.

Kamis, 15 Mei 2014

Tingkatan kyu Dalam Karate


Sebagai seni bela diri Jepang pada umumnya, dalam IKGA pun dibedakan dua kelompok thngkatan, masing-masing: KYU dan DAN. Secara harfiah, 'kyu' berarti level, kelas, tingkat, yang digunakan dalam tingkatan di bawah sabuk hitam. Sedangkan 'DAN' mengandung arti : tingkatan sabuk hitam, yang merupakan tingkatan lanjutan sesudah melewati tingkatan KYU. Tingkatan KYU dimulai dari yang paling rendah KYU 10 hingga yang paling tinggi KYU 1, sedangkan tingkatan DAN dimulai dari DAN 1 hingga yang paling tinggi DAN 10.
Urutan Tingkatan KYU :
A. KYU 10 : shirobi (sabuk putih)
B. KYU 9 : kiirobi (sabuk kuning)
C. KYU 8 : kiirobi (sabuk kuning)
D. KYU 7 : modoriobi (sabuk hijau)
E. KYU 6 : modoriobi (sabuk hijau)
F. KYU 5 : aiobi (sabuk biru)
G. KYU 4 : aiobi (sabuk biru)
H. KYU 3 : chaobi (sabuk coklat)
I. KYU 2 : chaobi (sabuk coklat)
J. KYU 1 : chaobi (sabuk coklat)

Urutan tingkatan DAN :
A. DAN 1 : shodan
B. DAN II : nidan
C. DAN III : sandan
D. DAN IV : yondan
E. DAN V : godan
F. DAN VI : rokdan
G. DAN VII : sichidan
H. DAN VIII : hachidan
I. DAN IX : kyudan
J. DAN X : judan
Di dalam IKGA sesuai edaran Honbu IKGA Tokyo, menggunakan sistem gelar sebagai berikut :
>> > Kyoren : pemegang DAN 3 yang bukan instruktur.
>> > Jun-shidoin : karateka pemegang DAN 2 yamg dipersiapkan menjadi pembimbing yuniornya.
>> > Shido-in (pembimbing) : karateka pemegang DAN 3 yang ikut melatih.
>> > Jokyo (asisten profesor) : karateka pemegang DAN 4 yang menjadi asisten shihan di perguruan.
>> > Sensei (guru) : instruktur mulai DAN 4 hingga DAN 10.
>> > shihan (master) : instruktur berderajat Master mulai DAN 5 hingga DAN 10, yang terdiri dari tiga kualifikasi yaitu :
a. Renshi (pelatih) : shihan yang bertingkat DAN 5. Gelar renshi sebagai simbol bahwa mereka telah mencapai tingkatan pengendalian diri yang sempurna.
b. Kyoshi (pengajar) : shihan pemegang DAN 6 serta DAN 7. Gelar kyoshi sebagai simbol
c. Hanshi (master tersenior) : shihan yang bertingkat DAN 8,9 dan 10, sebagai simbol bahwa mereka telah mencapai pengendalian spiritual.
>> > Saiko Shihan (grand master atau shihan yang tertinggi): saiko shihan ini mengepalai latihan-latihan yang berlangsung di Honbu Dojo (dojo markas besar perguruan), yang membawahi seluruh dojo-dojo lain di mancanegara.
>> > Soke : pendiri suatu aliran atau perguruan. Chojun Miyagi adalah soke dari Goju-Ryu.
>> > Kaisho : presiden suatu organisasi, termasuk organisasi seni bela diri.

Makna Warna Sabuk Dalam Karate

Arti dari warna sabuk Karate yang sebagaimana kita ketahui di mulai dari sabuk warna putih, kuning, hijau, biru, coklat dan hitam adalah pada dasarnya tentang kehidupan dan pengartiannya, serta menjadi wacana bagi para Karateka dalam mengetahui lebih dalam atas apa yang disandangnya, yakni sabuk. Tidak mudah memang untuk mencapai tahapan sabuk demi sabuk, harus melalui banyak ujian hingga mencapai sabuk tertinggi.

Dalam beladiri Karate warna sabuk ( obi ) dipergunakan untuk membedakan antara satu karateka dengan karateka lainnya. Dan arti dari warna sabuk Karate adalah:

SABUK PUTIH


Melambangkan kemurnian dan kesucian. Kemurnian dan kesucian ini merupakan kondisi dasar dari pemula untuk menerima dan mengolah hasil latihan dari guru masing - masing. Artinya berkembang atau tidaknya karateka ini tergantung dari apa yang diberikan oleh senpai atau sensei mereka. Kemudian, setelah materi atau nilai Karate telah disampaikan sesuai dengan apa yang seharusnya, selanjutnya tanggung jawab ada pada masing - masing individu.

SABUK KUNING

Melambangkan warna matahari yang diibaratkan bahwa karateka telah melihat “hari baru” dimana dia telah mampu memahami semangat Karate, berkembang dalam karakter kepribadiannya dan juga teknik yang telah dipelajari. Sabuk kuning juga merupakan tahapan terakhir dari seorang “raw beginner” dan biasanya sudah mulai belajar tahapan - tahapan gerakan kumite bahkan ada juga yang mulai turun di suatu turnamen.

SABUK HIJAU

Sabuk ini merepresentasikan warna rumput dan pepohonan. Pemegang sabuk hijau ini sudah harus mampu memahami dan menggali lebih dalam lagi segala sesuatu yang berkaitan dengan karate seiring dengan bertumbuhnya semangat dan teknik gerakan yang sudah dikuasainya. Sifat dari warna hijau ini adalah pertumbuhan dan harmoni. Dengan demikian seorang karateka sabuk hijau diharapkan dalam proses pertumbuhannya mulai bisa memberikan harmoni dan keseimbangan bagi lingkungan.

SABUK BIRU

Warna sabuk ini melambangkan samudera dan langit. Artinya karateka harus mempunyai semangat luas seperti angkasa dan sedalam samudera. Karateka harus sudah mampu memulai berani untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan semangat tinggi dan berfikir bahwa proses latihan adalah sesuatu yang menyenangkan dan bisa merasakan manfaat yang didapatkan. Karateka harus sudah bisa mengontrol emosi dan berdisiplin.

SABUK COKLAT

Warna sabuk ini dilambangkan dengan tanah. Sifat warna ini adalah stabilitas dan bobot. Artinya seorang karateka pemegang sabuk coklat mulai dari tingkatan kyu 2 sampai 1 harus bisa memberikan kestabilan sikap, kemampuan yang lebih dari pemegang sabuk di bawahnya, dan juga sikap melindungi bagi junior - juniornya. Selain itu, sikap yang harus dimiliki adalah sikap menjejak bumi ( down to earth ) dan rendah hati pada sesama.

SABUK HITAM
Warna hitam sendiri melambangkan keteguhan dan sikap kepercayaan diri yang didasari pada nilai kebaikan universal. Warna sabuk ini menjadi idaman bagi setiap karateka untuk mendapatkannya. Namun, di balik semua prestise sabuk hitam terdapat tanggung jawab besar dari karateka. Pada tahap ini, pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai selanjutnya sebenarnya baru memasuki tahap untuk mendalami karate yang lebih mendalam. Teknik maupun penguasaan makna hakiki dari kebaikan nilai karate sudah harus menjadi bagian dari karateka. ( penggambaran Gichin Funakohsi ).

Sebagian perguruan Karate di Indonesia, menggunakan sistem peringkat selain sabuk yakni kyu, ada beberapa perbedaan ketika sabuk biru ( kyu 4 ) mengikuti ujian kenaikan sabuk coklat. Ada yang turun kyu dari kyu 4 menjadi kyu 3,5. Di perguruan lain ada yang langsung dari kyu 4 menjadi kyu 3. Dengan demikian, bagi sebagian perguruan Karate di Indonesia ada yang menerapkan ujian kenaikan sabuk coklat sebanyak 4 kali ( 2 tahun atau 4 semester ) sampai mendapat kyu 1.

Namun bagi sebagian yang lain, bisa hanya sampai 1,5 tahun atau 3 semester. Maka warna sabuk dalam Karate selain sebagai pembeda antara karateka yang baru belajar / pemula dengan yang sudah lama menekuni Karate, sabuk dipergunakan lebih luas dari itu yakni sebagai proses pendorong bagi karateka untuk terus giat belajar dan berlatih. Selain itu juga, bagaimana perbedaan sabuk ini justru menjadi dorongan bagi semua karateka untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

Aliran Karate

Shotokan

Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.

Goju-ryu

Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.

Shito-ryu

Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.

Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:

Kyokushin

Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik di dalam maupun di luar Jepang, serta turut berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, dan menyerang secara frontal, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu aliran karate paling keras. Tidak seperti kebanyakan aliran karate yang sudah berfokus pada olahraga, dimana dalam pertandingannya menerapkan sistem tidak kontak langsung dan hasil yang ditentukan oleh poin, Kyokushin masih berpegang teguh pada sistem tradisional, terlihat dari sistem pertandingan kumite pada kejuaraan Kyokushin yang menerapkan pertarungan full contact dan boleh membuat Knock Out (KO) lawan. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.

Shorin-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.

Uechi-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).

Teknik Karate


    Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
Kihon
Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
Kata
Kata (:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Gerakan-gerakan Kata juga banyak mengandung falsafah-falsafah hidup. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
Kumite
Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.
Pertandingan Karate
Pertandingan karate dibagi atas tiga jenis yaitu :
  1. Kumite (perkelahian)
  2. Kata (jurus)
  3. Kihon (peragaan teknik)
Kumite
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
Kata
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata wajib dalam peraturan pertandingan.
Para peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dan dapat memperagakan Kata pilihan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan Kata , para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
  • Shotokan : Kankudai dan Jion.
  • Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
  • Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
  • Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar di atas.
Luas lapangan
  • Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
  • Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.

Gerakan Kata Dasar Dalam Karate

Karate adalah seni beladiri yang berasal dari daratan cina yang akhirnya berkembang dan populer di Jepang. Seni beladiri karate dibawa oleh "Okinawa" semula disebut "Tote" yang berarti "tangan china". Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang.

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
Kata (型: かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.

Berikut ini adalah gerakan kata dalam aliran "Sotokan" yang di Indonesia masuk dalam organisai bernama "INKAI" atau Institut Karatedo Indonesia. Gerakan Kata dibagi menjadi 5, yaitu Heian Shodan (kata 1), Heian Nidan (kata2), Heian Sandan (kata3), Heian Yondan (kata 4), dan Heian Godan (kata 5).
Heian Shodan (kata 1):

Heian Nidan (kata2):

Heian Sandan (kata3):

Heian Yondan (kata 4):

Heian Godan (kata 5):

Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
Semoga bermanfaat.
sumber : http://nikyuero.blogspot.com/2012/03/gerakan-kata-dalam-karate.html